K3 Dalam Berbisnis
DKV dan Bekerja di Industri
K3 Dalam Berbisnis DKV dan Bekerja di Industri – Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) Dalam Berbisnis dan Bekerja di Industri menyangkut dengan
penggunaan komputer ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar tidak
berdampak buruk bagi kesehatan bahkan keselamatan kita. Penggunaan komputer
dapat menyebabkan penggunanya menderita nyeri otot dan tulang terutama bahu,
pergelangan tangan, leher, punggung, pinggang bagian bawah, sakit ginjal, mata
merah berair, bahkan gangguan penghilatan.
Dalam materi ini akan mempelajari apa saja K-3 dalam dunia kerja
profesi Desain Komunikasi Visual meliputi keselamatan pada individu pekerja,
peralatan kerja, hasil kerja serta lingkungan kerja. Keselamatan dan
Kesehatan Kerja harus diperhatikan agar dalam suatu pekerjaan tidak
terjadi suatu musibah atau kecelakaan yang berakibat pada kegagalan
produksi kerja tersebut.
Kesalahan pada suatu proses kerja akan terus berakibat pada
proses pekerjaan berikutnya. Kegagalan dalam suatu pekerjaan akan memiliki
dampak kerugian baik secara finansial maupun kepercayaan konsumen. Kita
harus bisa melakukan beberapa pedoman yang bisa mendukung K-3
pada pekerjaan yang berkaitan dengan profesi Desain Komunikasi
Visual. K-3 meliputi keselamatan pada individu pekerja, keselamatan pada
peralatan kerja, keselamatan pada lingkungan kerja dan keselamatan pada
hasil kerja.
Pedoman K3 Profesi Desain Komunikasi Visual
Beberapa pedoman dalam melaksanakan K-3 yang berkaitan dengan
profesi Desain Komunikasi Visual dijelaskan di bawah ini sebagai berikut :
1. Keselamatan Pada Individu Pekerja
Keselamatan pada individu pekerja berkaitan dengan sikap pada
posisi kerja di saat melakukan suatu pekerjaan. Sikap posisi kerja dalam
pekerjaan ada yang dilakukan secara duduk ataupun berdiri. Beberapa pekerjaan
juga sebetulnya memerlukan posisi khusus misalnya saat mengambil sudut
pandang dari atas dalam fotografi, fotografer harus mencari posisi yang
lebih tinggi darifoto saat mengambil gambar.
Selain itu pakaian yang dikenakan juga mempengaruhi K-3
dalam suatu pekerjaan. Pemilihan bahan dan model pakaian yang
dikenakan dalam bekerja akan mempengaruhi performa pekerja dalam
suatu pekerjaan. Kesalahan dalam memilih pakaian kerja akan
mengganggu pekerjaan dalam hal kenyamanan dalam bekerja.
Pengaturan jam kerja yang dijadwalkan juga berpengaruh terhadap
K-3 dalam suatu pekerjaan. Pengaturan jam kerja yang baik akan
memberikan dinamika pekerjaan yang teratur pula. Mengingat suatu pekerjaan
mempunyai tenggat waktu batas pengerjaan.
Kerja sama tim dalam bekerja juga diperlukan untuk
mewujudkan keberhasilan K-3 dalam suatu pekerjaan. Kerja sama tim yang
baik dan kompak akan menghasilkan prestasi kerja yang baik pula. begitu
pula sebaliknya, jika suatu tim kerja kurang solid maka prestasi kerja
juga akan menurun.
Beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk menghindari efek
negatif dari bekerja dengan komputer adalah :
·
Aturlah posisi tubuh saat bekerja dengan komputer sehingga kita
merasa nyaman.
·
Aturlah posisi perangkat komputer dan ruangan sehingga memberi
tasa nyaman bagi kita.
·
Makan, minum, dan istirahatlah yang cukup.
·
Gerakkan bandan untuk mengurangi ketegangan otot dan pikiran,
dan olahragalah secara teratur.
·
Sesekali alihkan pandangan ke luar ruangan untuk meny egarkan
mata.
Mengatur posisi tubuh:
·
Posisi Kepala dan Leher harus tegak lurus dengan wajah menghadap
langsung ke komputer, jangan menengadah atau membungkuk
·
Posisi Punggung yang baik adalah tegak, tidak miring ke kanan
atau kiri, tidak membungkuk dan tidak menyandar terlalu ke balakang, tempat
duduk harus nyaman
·
Posisi Pundak tidak terlalu terangkat dan tidak terlalu ke
bawah, pastikan otot pundak kita tidak tegang.
·
Posisi Lengan dan Siku yang baik adalah apabila kita dapat
mengetik dan menggunakan mouse dengan nyaman. Jangan meletakkan mouse/keyboard
sejajar dengan tempat duduk kita
·
Posisi Kaki harus bebas, jangan bersenteuana dengan CPU apalagi
perangkat listrik, kaki harus diluruskan sesekali agar aliran darah
lancar. Apabila posisi kaki bersila, maka harus sering diluruskan.
2. Komunikasi K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) di
Industri
Guna menjamin penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, maka Perusahaan perlu menyusun sistem komunikasi untuk
mendukung pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
baik di tempat kerja.
Komunikasi meliputi komunikasi internal antar bagian maupun
sesama bagian dalam struktur organisasi Perusahaan maupun komunikasi eksternal
dengan pihak lain seperti kontraktor, pemasok, pengunjung, tamu dan masyarakat
luas maupun pihak ke tiga yang bekerja sama dengan Perushaaan berkaitan dengan
K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja).
Komunikasi dapat melalui beragam media, cara dan teknologi yang
secara efektif dapat menyampaikan pesan kepada semua pihak yang perlu mendapat
informasi berkaitan dengan Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.
Informasi-informasi yang termasuk dalam komunikasi internal
antara lain :
·
Komitmen Perusahaan terhadap Penerapan K3 di tempat kerja.
·
Program-program yang berkaitan dengan Penerapan K3 di tempat
kerja.
·
Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko K3 di
tempat kerja.
·
Prosedur kerja, instruksi kerja, diagram alur proses kerja serta
material/bahan/alat/mesin yang digunakan dalam proses kerja.
·
Tujuan K3 dan aktivitas peningkatan berkelanjutan lainnya.
·
Hasil-hasil investigasi kecelakaan kerja.
·
Perkembangan aktivitas pengendalian bahaya di tempat kerja.
·
Perubahan-perubahan manajemen Perusahaan yang mempengaruhi
penerapan K3 di tempat kerja, dsb.
Informasi-informasi terkait komunikasi dengan pengunjung/tamu
antara lain :
·
Persyaratan-persyaratan K3 untuk tamu.
·
Prosedur evakuasi darurat.
·
Aturan lalu lintas di tempat kerja.
·
Aturan akses tempat kerja dan pengawalan.
·
APD (Alat Pelindung Diri) yang digunakan di tempat kerja.
Perusahaan juga mengatur komunikasi dengan tamu terkait
informasi yang diterima oleh Perusahaan maupun informasi yang diberikan oleh
Perusahaan untuk tamu. Perusahan menjamin konsistensi dan relevansi informasi
yang diberikan sesuai dengan Sistem Manajemen K3 Perusahaan termasuk informasi
mengenai pengendalian operasi K3 dan tanggap darurat Perusahaan.
Proses Berpikir Kreatif dan Design Thinking Dalam Bekerja
Desainer Komunikasi Visual
Design thinking adalah proses memecahkan masalah secara kreatif.
Design Thinking adalah pendekatan berbasis solusi untuk menyelesaikan masalah,
juga proses menentang asumsi yang berfokus pada kebutuhan pengguna atau dalam
hal ini manusia. Proses ini biasanya mendefinisikan kembali masalah untuk
mengidentifikasi strategi dan solusi alternatif yang mungkin saja belum
terlihat saat tahap awal pemahaman masalah.
Design thinking adalah proses memecahkan masalah menggunakan
pendekatan solusi praktis dan kreatif yakni dengan menekankan pendekatan dari
sisi user. Melalui proses design thinking ini, diharapkan kita dapat memecahkan
masalah, menciptakan produk atau aplikasi solutif yang efektif dengan memahami
kebutuhan pengguna terlebih dahulu.
Pola pikir kreatif ini berpusat pada inovasi individu. Setiap
pemahaman yang dihasilkan berasal dari ide-ide setiap individu. Tujuannya
adalah melayani kebutuhan pengguna yang tidak dapat diucapkan melalui
pengetahuan mendalam akan masalah yang dimilikinya. Tentunya, ketika kita mampu
mengimplementasikan ide-ide yang kita miliki, peluang kesuksesan akan semakin
bertambah.
Ada
berbagai macam proses yang harus dilalui dalam proses design thinking ini. Ada
sekitar 6 proses design thinking yang harus kita lalui, yaitu.
1. Empathy
Untuk bisa memberikan solusi terbaik bagi suatu produk, tahap awal
yang harus dilalui dalam pola pikir design thinking adalah menanamkan rasa
empati. Melalui rasa empati ini kamu bisa memahami kebutuhan, tujuan dan
keinginan pengguna.
Biasanya dalam tahap ini kamu harus mampu menahan asumsimu
terkait keinginan pengguna. Sebaliknya, yang perlu dilakukan adalah melakukan
riset untuk mengumpulkan wawasan tentang pengguna dengan melihat dari sisi
psikologis dan emosionalnya.
2. Define
Tahap lanjutan dari proses berpikir design thinking adalah
define atau menjelaskan masalah tersebut. Di fase ini kamu mulai mengetahui apa
yang menjadi hambatan bagi user dari hasil pengamatan yang kamu dapatkan dari
tahap empati tadi.
Nah, diharapkan di akhir fase ini kamu bisa menggambarkan sebuah
ide berdasarkan pandangan user tersebut melalui produk atau aplikasi yang akan
kamu buat. Adapun bentuk tahapannya bisa saja dengan menuliskan kebutuhan user
dan menggunakan pengetahuan mengenai kondisi yang terjadi.
3. Ide Membuat Gagasan
Sebelumnya kamu sudah memahami pengguna dan kebutuhan mereka
lewat tahap empati. Kitapun sudah menganalisis pengamatan di tahap define. Nah,
di tahapan ini kita dan tim dapat mulai berpikir untuk mencari solusi dari
masalah yang dihadapi user.
Ketika segala sesuatu telah siap, para desainer haruslah mampu
menghasilkan ide untuk menyelesaikan permasalahan. Hal terpenting yang harus
dimiliki adalah kemampuan untuk berpikir di luar kotak. Kita harus
mengidentifikasi solusi terbaru dan melihat masalah dengan sudut pandang
alternatif.
4. Prototype
Langkah ini menjadi sesuatu yang penting karena kamu akan
mencoba mengubah ide yang didapatkan dari tim tadi menjadi tiruan produk nyata
atau produk uji coba. Di tahap prototipe ini tim akan fokus pada kendala dan
kekurangan prototiype tersebut. Prototipe ini juga akan terus ditingkatkan,
dirancang, diperbaiki sehingga mendekati hasil dari produk yang
diinginkan.
5. Tes
Tahapan dalam proses design thinking selanjutnya adalah kamu dan
tim akan menguji prototipe langsung kepada pengguna. Di tahap ini kamu akan
melihat bagaimana user berinteraksi dengan prototipe dan mengumpulkan umpan
balik berupa pengalaman mereka menggunakan prototipe tersebut.
Dengan mengujinya kepada user, kamu bisa tahu terlebih dahulu
kekurangan dari produkmu tersebut, sebelum mulai menjualnya ke pasaran. Ini
adalah tahapan terakhir dari proses design thinking. Namun dalam praktiknya
kelima tahapan dalam proses berpikir design thinking ini akan terus berulang.
Pasalnya, hasil dari fase pengujian ini bisa digunakan untuk mendefinisikan
masalah-masalah lainnya yang dihadapi pengguna.
6. Hasil
Tentunya tahapan terakhir dalam proses design thinking adalah
ketika perusahaan melihat hasil produk dari pengadopsian design thinking
tersebut. Seperti halnya dengan inovasi produk sikat gigi OralB yang telah
menggunakan kecerdasan IoT. Di mana saat itu perusahaan meminta tolong kepada
design thinking yakni Colin dan Hect untuk membuat sikat gigi elektrik IoT.
Pada awalnya perusahaan sebenarnya memiliki ide untuk membuat
sikat gigi IoT yang bisa memutar musik dan melacak kinerja sikat pengguna. Tapi
dengan pemikiran design thinkingnya, Collin dan Hect memberikan tambahan fitur
yakni mengisi daya dan kepala gigi pengganti.
Ruang Lingkup Industri Desain Komunikasi Visual
Apa saja yang dipelajari dan dilakukan oleh seorang desainer
komunikasi visual ketika sudah turun ke industri kerja?
Desainer komunikasi visual kebanyakan bekerja berdasarkan
kebutuhan yang diarahkan oleh klien, sehingga kita tidak bisa semaunya sendiri
saat menentukan ukuran, media, warna, teknik dan material.
Produk atau karya Desain Komunikasi Visual dapat kita jumpai di
mana-mana dalam keseharian kita, seperti iklan (media massa cetak atau
elektronik), internet, poster, signboard, katalog, brosur, kartu nama, kemasan,
baliho hingga animasi dan lain-lain.
Berikut adalah beberapa ruang
lingkup bidang usaha Desain Komunikasi Visual
·
Desain Periklanan (Advertising); Disini komunikasi visual persuasif yang
harus diaplikasikan.
·
Desain Identitas Usaha (Corporate Identity). Logo, kop surat,
brand book, hingga ke background sosial media dan identity kit
·
Desain Marka Lingkungan (Environment Graphics); marka lingkungan
eksterior dan interior berada dimana-mana, baik itu di mall, universitas, rumah
sakit dan fasilitas umum lainnya.
·
Desain Multimedia; digunakan di perusahaan percetakan seperti pembuatan banner,
backdrop, stiker, hingga megatron (billboard video), dsb.
·
Desain Grafis Industri; Kemasan produk.
·
Desain Grafis Media; buku, surat kabar, majalah, dll. Biasanya hal ini dilakukan di
pekerjaan penerbitan ataupun redaksional.
·
Cerita Bergambar (komik); Sarana statis yang dapat memberikan narasi lebih ringan dan
mudah di ikuti ketimbang media cetak lain.
·
Fotografi; Industri yang besar dan banyak memiliki keterkaitan dengan
bidang desain lain.
·
Videography; Gambar bergerak lengkap dengan audio banyak dibutuhkan dalam
semua industri hari ini.
·
Ilustrasi; Sebagai konteks tambahan dan pelengkap suatu informasi.
·
Animasi; Salah satu media terkomplit sebagai sarana komunikasi visual,
membutuhkan dedikasi yang tinggi dan kerjasama tim dari berbagai disiplin ilmu
untuk mewujudkannya.
·
Media Interaktif; Website, Aplikasi Mobile, Video Game. Kerjasama yang
dibutuhkan jauh lebih kompleks lagi.
Comments
Post a Comment